Senin, 17 Oktober 2016

PENGETAHUAN DALAM KEBUTUHAN & PERILAKU INFORMASI


PENGETAHUAN DALAM KEBUTUHAN & PERILAKU INFORMASI


            Manusia memiliki karakteristik yang beragam dalam memahami suatu informasi. Diawal dari banyaknya data yang ada di lapangan, sehingga menjadi informasi yang akhirnya membentuk pengetahuan seseorang. Data yang ada di lapangan berupa fakta tercatat tentang suatu obyek yang ditangkap melalui panca indera manusia. Kumpulan data inilah yang membentuk informasi, dan selanjutnya membentuk pengetahuan yang merupakan kumpulan dari berbagai informasi. Pengetahuan manusia bisa berbeda satu sama lain. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi kultural, sosial, ekonomi, politik, dan lingkungan dimana individu yang bersangkutan tinggal.
Defini pengetahuan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang diketahui, segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran).
Soekidjo (2002) menjabarkan pengetahuan sebagai hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca  indera manusia yaitu : indera penglihatan, pendengaran, penciuman,  rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga . Secara ringkas, pengetahuan adalah apa yang manusia ketahui dan diyakini benar.
Karakteristik pengetahuan secara sederhana yaitu:
·         Terus berubah
·         Selalu tidak lengkap
·         Terorganisasi
·         Implisit/ eksplisit
·         Formal/ informal
·         Terekam / tidak terekam
·         Praktis/ teoritis
·         Baru/ lama
·         Dikembangkan melalui analisis & sintesis
·         Basis untuk pengambilan keputusan
Secara umum, pengetahuan dibagi menjadi dua yaitu pengetahuan eksplisit dan implisit (tacit). Jenis pengetahun menurut Priyanto (2016) terbagi menjadi 3:
o   Domain expertise
o   Information expertise
o   System expertise

Daftar Referensi

Kamus Besar Bahasa Indonesia
Priyanto, Ida Fajar. (2016). Kebutuhan dan Perilaku Informasi, Materi Kuliah Isu-isu  Kontemporer Informasi Sesi 7. Yogyakarta: Minat Studi Manajemen Informasi dan Perpustakaan, Program Studi Kajian Budaya dan Media, Sekolah Pascasarjana, UGM.
Soekidjo, Notoadmodjo. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Senin, 26 September 2016

INFORMATION OVERLOAD

INFORMATION OVERLOAD


Saat ini seiring berkembangnya teknologi, informasi, dan komunikasi di masyarakat memunculkan kebiasaan untuk selalu dekat dengan gadget (smatphone, laptop, tablet, ataupun device lainnya). Seberapa seringkah anda membuka smartphone setiap harinya? Bisakah anda jauh dari smartphone untuk sesaaat? Bagaimana perasaan anda saat lupa meletakkan atau ketinggalan smartphone di suatu tempat? Dalam satu waktu kita dapat memegang sekian banyak gadget, misalkan chatting dengan sahabat menggunakan smartphone, mengerjakan tugas kuliah di laptop, sembari menonton TV di ruang keluarga. Kegiatan multitasking ini bisa jadi segalanya bagi diri anda, tapi disisi lain ini juga menimbulkan konsekuensi-konsekuensi.


http://brandongaille.com/the-psychology-multitasking-and-information-overload/


Information overload disini lebih dimaknai pada manusia yang senantiasa multitasking dalam mengerjakan berbagai tugas dalam satu waktu. Information overload disini dapat memiliki arti (Priyanto, 2016):
1.      Terlalu banyak dijejali informasi
2.      Tidak mengerti/ paham dengan informasi yang ada
3.      Desperate untuk tahu apakah informasinya ada
4.      Tidak tahu dimana mendapatkan informasi
5.      Tidak dapat mengakses informasi

Fenomena information overload dapat dicontohkan sebagai berikut, ada mahasiswa X mendapat tugas kuliah untuk menulis tentang IoT (Internet of Things) sebagai  tugas tengah semester. Mahasiswa ini cukup kebingungan karena belum banyak referensi tentang IoT yang dapat digunakan sebagai referensi untuk menulis, terutama tulisan yang berbahasa Indonesia. Ia tidak tahu dimana harus mendapatkan informasi IoT ini, pun dia juga tak paham dengan informasi yang ada saat ini di internet. Kejadian ini termasuk dalam information overload bagi si mahasiswa ini. Terdapat beberapa informasi, namun mahasiswa gagal paham terkendala Bahasa (Bahasa inggris) dan walaupun sudah berusaha memahami, tetap saja si mahasiwa ini tak paham juga.


Daftar Bacaan:

Priyanto, Ida Fajar. 2016. Memory, Cognition & Disruptive Technology. Materi Perkuliahan Sesi V & VI disampaikan pada Perkuliahan Isu-Isu Kontemporer Informasi, MIP UGM Kamis, 8 September 2016 & Kamis, 15 September 2016.

Digital Stress & Your Brain diakses dari http://brandongaille.com/the-psychology-multitasking-and-information-overload pada/Minggu, 25 September 2016,

Selasa, 13 September 2016

GENERASI MILLENNIALS (GEN Y)

GENERASI MILLENNIALS

Generasi Y biasanya juga disebut dengan generasi millennials adalah generasi yang muncul setelah Generasi X. Generasi Y ini meliputi individu- individu yang saat ini masih remaja dan dewasa awal.  Istilah Generasi Y mulai dipakai pada editorial koran besar di Amerika Serikat pada Agustus tahun 1993. Menurut United Nation, kategori remaja adalah individu yang berusia antara 15- 24 tahun. Jika merujuk pada pembagian generasi menurut Sarlito pada kisaran umur tersebut mereka termasuk dalam katergori generasi Y (1982-2001).

http://fellofello.blogspot.co.id/2015/04/generasi-y-dan-strategi-pengelolaannya.html

 Generasi Y yang dikenal juga dengan sebutan generasi millennials ini merupakan generasi yang muncul bersamaan dengan era teknologi informasi dan komunikasi yang semakin canggih. Sarlito pun menjelaskan bahwa generasi ini cenderung individualistic, mandiri, dan lebih menggunakan jaringan maya. Selain islitah generasi Y dan generasi millennials, generasi ini dikenal pula dengan generasi autis (Sarlito: 2012: 2-5). Negara Australia melalui Australian Bureau of Statistics, menetapkan individu yang lahir pada kisaran tahun 1982–2000 masuk dalam kategori Generasi Y. Hal ini tidak jauh berbeda dengan pernyataan Sarlito dimana beliau menyebutkan tahun 1982- 2001 masuk dalam kategori generasi Y. Hampir semua literatur sepakat bahwa mayoritas Generasi Y lahir antara tahun 1980-an hingga 1990-an.



Delapan karakter Net Gen (Generasi Millenial) menurut Don Tapscott dalam bukunya Grown Up Digital yaitu:
1.      Mereka menginginkan kebebasan: bebas memilih hingga bebas berekspresi
2.      Mereka suka merubah yang sudah standar untuk disesuaikan dengan dirinya (customize, personalize)
3.      Mereka suka mengkaji sesuatu dengan seksama , tidak mudah menerima begitu saja
4.      Meraka menekankan pada kejujuran dan keterbukaan dari perusahaan yang menawari mereka produk atau pekerjaan
5.      Mereka mencampur rekreasi sambil bekerja atau sebaliknya bekerja sambil rekreasi dimana saja, kapan saja
6.      Mereka generasi yang terbiasa berkolaborasi dan bersilturahmi, berjejaring
7.      Mereka menginginkan kecepatan (tidak hanya di videogame)
8.      Mereka adalah innovator (berdasar informasi dan pengetahuan yang melimpah di internet)

Karakteristik generasi millenial yang kita ketahui ini merupakan kombinasi antara generasi yang tidak hanya mengetahui teknologi informasi, namun juga dapat memanfaatkannya untuk kegiatan berjejaring, kolaborasi, rekreasi dalam konteks positif maupun negatif tergantung pengguna itu sendiri. Berbahagialah para generasi millenial dapat merasakan dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang. Kedepannya diharapkan generasi millenial ini iakan memberikan kontribusi yang positif seiring berkembangnya TIK di masa mendatang.


Daftar Bacaan:

Dewantoro, Anton. Bekerja Bersama Generasi Millenial. diakses dari  http://www.slideshare.net/adewantor/bekerja-bersama-generasi-milenial-floatway-systems pada Kamis, 15 September 2016

Gambar Siapakah Generasi Y diakses dari http://fellofello.blogspot.co.id/2015/04/generasi-y-dan-strategi-pengelolaannya.html pada Kamis, 15 September 2016

Jalal, Octa Melia. 2013. Mengenal Siapa Itu Generasi Y https://manajemenppm.wordpress.com/2013/07/08/mengenal-siapa-itu-generasi-y/ diakses pada Selasa, 13 September 2016

Pew Research Center. 2010. Millenials: A Portrait of Generation Next, Confident, Connected, Open to Change. Diakses dari www.pewresearch.org/millennials.

Priyanto, Edda Fajar. Identitas Diri Dunia Maya. http://www.academia.edu/4431067/Identitas_Diri_Dunia_Maya diakses pada Kamis, 8 September 2016

Priyanto, Ida Fajar. 2016.  Memory, Cognition, and Disruptive Technology, Materi Kuliah Isu-isu Kontemporer Informasi. Yogyakarta: Program Studi Kajian Budaya dan Media Minat Studi Manajemen Informasi dan Perpustakaan UGM.

Sarlito W Sarwono. 2012. Psychology for Non Psychologist Conferences “Pschycology at work” : Peran Ilmu Psikologi Dalam Praktek Pengelolaan Sumber Daya Manusia Generasi Y. Bandung

Suryadi, Bambang. Mengenal Generasi Y Karakteristik, Masalah, dan Peran Konselor. http://www.academia.edu/12720733/Mengenal_Generasi_Y_Karakteristik_Masalah_dan_Peran_Konselor diakses pada Selasa, 13 September 2016




Selasa, 30 Agustus 2016

MASYARAKAT JARINGAN

MASYARAKAT INFORMASI (Network Society)


Saat ini kita hidup di era globalisasi yang memiliki kecanggihan teknologi inofrmasi yang semakin luar biasa. Informasi bisa diakses dimanapun, dengan media apapun, tanpa harus bertatap muka antarorang, dan cukup melalui gadget (smartphone, laptop, komputer, tablet,dan piranti lainnya). Kegiatan manusia sekarang ini yang selalu berkomunikasi di dunia maya dengan internet, bahkan melalui media sosial menciptakan suatu masyarakat jaringan (network society). Disini penggunaan saluran media seperti komputer, smartphone, tablet dan piranti lainnya menjadi bagian penting yang melengkapi pekerjaan manusia. Internet pun menjadi kunci penting dalam pekerjaan manusia. Dengan bermodalkan teknologi komputer dan jaringan inilah, semua orang dapat terhubung satu sama lain di belahan dunia manapun tanpa batas. 
Dalam perkembangan teori ilmu sosial, masyarakat informasi merupakan komsep yang muncul dan digunakan sejak tahun 1970-an untuk merujuk pada berbagai perubahan sosial dan ekonomi yang terkait dengan meningkatnya dampak dan peran teknologi informasi. Konsep mengenai masyarakat informasi (network society) dikembangkan oleh Manuel CastellsBeliau merupakan  salah satu tokoh yang membahas tentang informasionalisme dan perkembangan masyarakat jaringan. Castells dalam Sugihartati (2014: 58) menyebutkan bahwa komputer dan aliran informasi telah mengubah dunia dan menimbulkan berbagai masalah sosial-ekonomi serta budaya yang menjadi ciri masyarakat modern kontemporer (pascaindustri). Karya Castells yang tekenal adalah trilogy bukunya yaitu The Information Age: Economy, Society, and Culture, terdiri dari 3 volume : 1) The Rise of Network Society (1996), 2) The Power of Identity (1997), 3) End of Millenium (1998).

Manuel Castells

Castells memandang bahwa masyarakat, budaya, dan ekonomi baru saat ini dipengaruhi oleh revolusi teknologi informasi. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi pada era masyarakat pascaindustri menciptakan gaya hidup dan simbol baru. Adanya masyarakat informasi (network society) memungkinkan arus komunikasi berjalan ke segala arah, pada level struktur dimanapun tanpa perlu dimediasi atau diwakilkan (Sugihartati, 2014: 61). Internet tentu menjadi alat interaksi utama bagi masyarakat jaringan agar dapat terhubung satu sama lain. Dengan adanya perkembangan dibidang teknologi informasi, mampu meningkatkan produktivitas kerja maupun efisiensi kerja dalam suatu organisasi. Hal ini lah yang memungkinkan perusahaan-perusahaan dapat beroperasi secara global, lintas negara. Masyarakat informasi masih saling berinteraksi satu sama lain, tapi tidak lagi dalam komunitas yang nyata (Sugihartati, 2014). Masyarakat intens berkomunikasi di dunia maya, komunitas virtual. Dengan adanya internet yang dapat membentuk jaringan komunikasi , menimbulkan bentuk komunitas virtual yang memiliki realitasnya sendiri dan bentuk ruangnya sendiri. Dari sini dapat dikatakan bahwa masyarakat informasi saat ini hidup dalam budaya baru (budaya internet).

Dalam trilogy buku Castells menyatakan bahwa di era masyarakat modern , tidak hanya berkembang masyarakat informasi, tetapi juga masyarakat informasional. Apa itu masyarakat informasional? Castells dalam Sugihartati (2014: 62) mendefinisikan masyarakat informasional sebagai masyaraakt dimana penerapan pengetahuan dan informasi bukan hanya menghasilkan inovasi teknik yang kumulatif yang memberikan pengaruh signifikan dan kontinu pada organisasi sosial, melainkan juga menghasilkan artikulasi informasi yang erat kaitannya dengan ekspansi modal global. Dari sini kita mendapatkan istilah baru masyarakat informasional, disamping istilah masyarakat informasi.

Sumber Referensi:

Castells, M. (n.d.). The power of identity: The information age: Economy, society, and culture.  Diunduh dari https://www.academia.edu/2215687/The_power_of_identity_The_information_age_Economy_society_and_culture

Foto Manuel Castell diunduh dari http://www.manuelcastells.info/en

Pew Research Center. 2010. Millenials: A Portrait Of Generation Next, Confident, Connected, Open To Change. Diunduh dari www.pewresearch.org/millenials

Sugihartari, Rahma. 2014. Perkembangan Masyarakat Informasi dan Teori Sosial Kontemporer. Jakarta: Kencana.


Selasa, 23 Agustus 2016

INFORMASI - lanjutan -


 PERSEPSI INFORMASI

       Setiap individu dalam masyarakat pasti memiliki persepsi yang berbeda satu sama lain dalam menilai suatu informasi. Persepsi ini dapat bernilai positif maupun negatif. Hal ini tergantung dari sudut pandang seseorang dalam memberikan penilaian pada informasi tertentu. Secara etimologis, persepsi (perception) berasal dari bahasa latin percipere yang bermakna menerima atau mengambil. Secara sederhana, persepsi didefinisikan sebagai penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu. Secara lebih luas, persepsi adalah pandangan atau pengertian yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Sobur, 2003:445). Definisi persepsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah (1) suatu tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu, (2) proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Menurut Prijanto (2016) persepsi didefinisikan sebagai proses mengenali, mengorganisasi, dan menginterpretasi informasi. Lebih lanjut dijelaskan dalam Priyanto (2016). Persepsi informasi diawali dengan visual – perceptual processing, interactions, dan pattern recognition.

Dalam praktik kesehariannya, sering terjadi kesalahan dalam persepsi informasi (information perception errors). Kesalahan dalam sistem informasi meningkatkan terjadinya ketidakpastian mengenai peristiwa yang  sebelumnya terjadi bagi si pembuat keputusan. Pada akhirnya si pembuat keputusan tidak paham dengan informasi yang diterimanya. Sinyal disini dimaknai sebagai sesuatu yang mengindikasikan, memberitahukan, menekankan informasi pada seseorang. Persepsi informasi yang tidak benar lebih sering terjadi pada informasi yang tidak/ kurang diketahui. Hal ini menyebabkan si pembuat keputusan tidak yakin dengan apa makna dari  informasi yang disampaikan. Untuk mengantisipasi terjadinya information perception errors diperlukan data yang lengkap mengenai suatu hal yang dimaksudkan untuk disampaikan.

Terdapat 3 atribut nilai dan kualitas informasi yang dijadikan standar untuk menilai suatu informasi yaitu:

1. Relevan
   Relevan secara sederhana dapat dimaknai  sesuai dengan apa yang kita dicari. Suatu informasi dikatakan relevan jika sinyal yang disampaikan dapat mengubah keputusan/ pikiran si penerima pesan. Hal ini senada dengan sebuah pernyataan yang disampaikan oleh (AAA) dalam Priyanto (2016) “To have information used for purpose for which it has no relevance is likely to be worse than having no information at all.” Perubahan yang relevan akan meningkatkan nilai positif dari suatu informasi. Perlu diketahui bersama bahwa perubahan disini bisa memiliki nilai positif,maupun negatif tergantung dari perubahan yang terjadi dari si pembuat keputusan. Hal ini akan menentukan tindakan selanjutnya. Relevan atau tidaknya suatu informasi hanya dapat diketahui oleh si pencari informasi itu sendiri.

2. Waktu 
    Nilai dan kualitas informasi juga bisa dipengaruhi oleh waktu. Waktu penerimaan auatu informasi sangat menentukan keputusan selanjutnya bagi si penerima pesan. Hal ini terjadi karena adanya 2 hal yaitu: (a) waktu mempengaruhi ketersediaan informasi saat keputusan dibuat, Semakin lama waktu yang dibutuhkan dalam penerimaan informasi , akan meningkatkan terjadinya ketidakpastian tentang suatu kejadian atau tindakan selanjutnya; (b) pembuat keputusan bisa menunda suatu keputusan hingga orang yang bersangkutan memperoleh informasi

3. Akurat
   Informasi yang akurat berarti harus tepat, bukan pula suatu perkiraan. Keakuratan informasi juga harus didasarkan pada sumber terpercaya.  Dapat dicontohkan semiasal ada seseorang yang membutuhkan informasi berapa  banyak jumlah penduduk Indonesia tahun 2015, Jawaban yang diberikan harus tepat sesuai dengan jumlah penduduk di seluruh Indonesia tahun 2015. Informasi terkait hal ini bisa diperoleh dari Badan Pusat Statistik(BPS) yang memiliki data jumlah penduduk Indonesia tiap tahunnya. 


Sumber Referensi:

Informasi : Persepsi, Kualitas, Nilai & Metrik disampaikan pada Perkuliahan Isu-Isu Kontemporer Informasi Sesi II pada Kamis, 11 Agustus 2016 oleh Dr. Ida Fajar Priyanto, Ph.D

Definisi Persepsi diambil dari http://kbbi.web.id/persepsi diakses  Kamis, 25 Agustus 2016

Maulana, Murad. 2015. Atribut, Nilai, dan Kualitas dari http://www.muradmaulana.com/2015/09/3-atribut-nilai-dan-kualitas-informasi.html diakses Kamis, 25 Agustus 2016

Pengertian Pesepsi Komunikasi, Proses Definisi Menurut Para Ahli diambil dari http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-persepsi-komunikasi-proses.html diakses Kamis, 25 Agustus 2016


Selasa, 16 Agustus 2016

APA ITU INFORMASI?

APA ITU INFORMASI?


Informasi adalah sekumpulan data yang memiliki makna bagi si penerimanya. Begitulah definisi singkat yang saya pahami tentang apa itu informasi. Untuk memahami lebih lanjut tentang apa itu informasi, akan lebih baik jika kita mengetahui definisi informasi itu sendiri. Berikut ada beberapa definisi menurut berbagai sumber:

1.      Cambridge Dictionary of Philosophy,
Informasi adalah data yang telah diproses menjadi bentuk yang berarti bagi penerimanya.
2.      Davis dan Olson (1985), 200.
Data adalah bahan mentah yang diproses dan diolah untuk menghasilkan informasi. Silver            and Silver (1989), 6.
3.      Checkland and Scholes (1990), 303. Informasi sama dengan data beserta arti/makna.
4.      ALA Glossary of library and information science (4th edition)
Information is all ideas, facts, and imaginative works  of the mind that have been communicated, recorded, published and or distributed formally or informally in any format.
5.      Oxford English Dictionary
information: informing, telling; thing told, knowledge, items of knowledge, news
knowledge: knowing familiarity gained by experience; person’s range of information; a theoretical or practical understanding of; the sum of what is known
6.      Random House Dictionary
information: knowledge communicated or received concerning a particular fact or circumstance; news
7.      Sveiby, K.E (1997), 42
Informasi tidak bermakna, tetapi menjadi pengetahuan yang bermakna setelah diinterpretasi
8.      Wiig, K.M (1993), 73
Informasi terdiri dari fakta dan data yang terorganisasi untuk menggambarkan situasi dan keadaan tertentu, sementara pengetahuan terdiri dari kebenaran dan keyakinan, perspektif dan konsep, penilaian dan harapan, metodologi dan knowhow.
9.      Nonaka, I and Takeuchi, H. (1995), 58
Informasi berawal dari suatu aliran pesan-pesan bermakna, tetapi lalu menjadi pengetahuan setelah komitmen dan keyakinan muncul akibat dari pesan-pesan tersebut.

Informasi ada karena ada data, tidak mungkin suatu informasi ada tanpa adanya data (dataless). Floridi (1999) dalam Priyanto (2016) menjelaskan pembagian data yaitu:


  • Primary data, yaitu data utama, sering disimpan dalam database, misalnya: jumlah nomor/angka, jumlah buku perpustakaan, data dalam sistem manajemen informasi, dan lain-lain. 
  • Metadata, yaitu penunjuk data utama. Data yang menggambarkan data primer, misalnya lokasi, format, kapan update, ketersediaan, hak cipta, dan lain-lain. 
  • Operational data, yaitu data tentang pemanfaatan data dan operasional dari sistem data keseluruhan beserta kinerjanya. 
  • Derivative data, yaitu data yang diturunkan dari data primer, metadata, maupun data operasional untuk mendapatkan pola, indikasi, komparasi, dan lain-lain.
Dalam paparan materi perkuliahan Dr.Ida dijelaskan mengenai 3 pandangan tentang informasi , meliputi:
  • -          Informasi sebagai proses
  • -          Informasi sebagai komunikasi
  • -          Informasi sebagai pengiriman dan penerimaan pesan


Sumber Referensi
American Library Association. 2013. ALA Glossary of library and information science. 4th edition. Chicago : ALA Edition.
Pendit, Putu Laxman. 2009. Perpustakaan Digital: Kesinambungan & Dinamika. Jakarta: Cita Karyakarsa Mandiri.
Seminar on Information Issue. sesi I disampaikan pada Perkuliahan MK Isu-Isu Kontemporer Informasi MIP UGM Rabu, 10 Agusus 2016 oleh Dr.Ida Fajar Priyanto,Ph.D